Senin, 17 Juni 2013

Venipuncture III

 

 

clip_image002

 

Anggota Kelompok :

Devi Sintya Pangestika       A102.08.017

Dewi Wulansari                   A102.08.018

Dian Faisal Ardianto           A102.08.019

Ditya Garin Maharani        A102.08.020

 

AAK NASIONAL SURAKARTA

2012/2013

 

BAB I

PENDAHULUAN

      Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin mutunya

     Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium agar tepat dan akurat, sampel yang diperoleh harus memenuhi kriteria sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan karena tahap preanalitik sangat menentukan hasil laboratorium yang akan dikeluarkan dan ditahap ini adalah yang paling banyak terjadi kesalahan. Untuk itu teknik pengambilan darah (venipuncture) harus memenuhi SOP, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.

     Banyak berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari prosedur venipuncture. Banyak beberapa faktor yang dapat menimbulkan masalah dalam prosedur venipuncture, baik masalah yang ditimbulkan oleh pasien itu sendiri, faktor teknis, maupun faktor fisiologis.

      Oleh karena itu untuk mengurangi berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari prosedur venipuncture kami buat makalah ini. Dengan adanya makalah ini diharapkan seorang phlebotomist dapat melakukan cara pencegahan dan cara mengatasi dari berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari prosedur venipuncture.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyulit Dalam Flebotomi

1. Faktor pasien

a) Pasien tidak kooperatif : takut, Menolak, dll.

b) Kanak-kanak : takut

c) Dewasa / lanjut usia : rasa sakit, Gangguan jiwa,dll.

Solusi : cari bantuan petugas lain / tenangkan dan terangkan perlunya.

2. Faktor fisiologik

· Syncope (pingsan)

Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanandarah.

Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang percaya diri .

Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dialaminya. Penampilan dan perilaku seorang Flebotomis juga bias mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-was ketika proses pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan perilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa, sehingga tampak berkompetensi dan profesional.

Cara mengatasi :

a. Hentikan pengambilan darah.

b. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu sisi

c. Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )

d. Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang.

e. Minta pasien menarik nafas panjang

f. Hubungi dokter

g. Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang

Cara Pencegahan Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan. Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darah. Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan.

3. Faktor teknik

a. Cara pengambilan salah

b. Arah tusukan tidak tepat

c. Sudut tusukan terlalu kecil/ besar

d. Keliru menentukan vena yang dipilih

e. Tusukan terlalu dalam / kurang dalam

f. Pembuluh bergeser

Tusukan sudah tepat, tetapi darah tidak cukup terhisap. Biasanya disebabkan oleh :

a. Kesalahan teknik

b. Pembuluh darah menyempit karena merasa tidak nyaman

c. Pembuluh darah kolaps karena volume darah kurang

Solusi :

- tenangkan pasien

- Kompres daerah yang akan ditusuk

- Perbaiki keadaan umum, cari pembuluh yang lebih memungkinkan.

Beberapa ciri yang lebih mungkin ada hambatan pengambilan :

a. Anak gemuk,sehingga tidak mudah menentukan lokasi pembuluh darah

b. Anak dengan pembuluh darah kecil, biasanya anak perempuan lebih kecil ukurannya, sehingga lebih sulit diambil.

c. Anak dengan pola posisi pembuluh darah yang berbeda. Meski ada pola umum, ada pula yang polanya berbeda, sehingga phlebotomis harus mencari lebih lama.

Harap dipahami, tidak pula rasional kalau kita lantas mudah memarahi mereka. Membuat phlebotomis gelisah karena kita marah, hanya akan memperbesar risiko kegagalan mereka menjalankan tugas.

Prosedur pengecekan identitas, pertanyaan rentang riwayat pengambilan sampel sebelumnya, penjelasan tentang berapa volume darah dan teknik yang akan diambil, sudah menjadi prosedur baku untuk dijelaskan. Dengan kita aktif bertanya dan menjelaskan, akan makin kecil risiko adanya data yang terlewatkan.

Pertanyaan dari pasien juga akan memberi kesempatan kepada dua pihak untuk saling mengukur keyakinan diri. Kalau nanti si petugas menyatakan sulit, baru kita teruskan "Anda yakin mengambil sampel darah anak saya?". Dengan tahapan seperti ini, si petugas tidak akan mengedepankan emosi - yang tentu saja sebenarnya tidak diperbolehkan apapun alasannya.

Begitu juga kalau memang si petugas yakin, beri dia dukungan agar makin yakin. Kalau berhasil dengan mulus, sampaikan terima kasih. Kalaupun kemudian memang gagal, sampaikan "apa tidak sebaiknya Anda minta diganti yang lain agar lebih yakin?". Dengan langkah-langkah seperti ini, bisa terhindarkan kekakuan hubungan yang tidak diperlukan.

Sekarang, alat pengambilan sampel darah sudah makin maju, tidak lagi menggunakan tabung suntik seperti dulu. Ada tabung khusus yang bersifat "vacuum" (bertekanan negatif) sehingga rasa sakit lebih ringan sekaligus memperkecil risiko darah-beku saat baru saja diambil. Tetapi, ada saatnya pula pengambilan tetap menggunakan jarum biasa, karena keperluan pemeriksaan tertentu (karena ada beda perlakuan terhadap sampel darah, tidak sama dengan sampel darah untuk pemeriksaan darah secara umum).

Pengambilan sampel darah relatif lebih sulit pada bayi, yang makin muda. Perlu teknik tinggi dan pengalaman lapangan lama. Tempatnya sering harus mencari-cari yang paling memungkinkan. Paling disukai tetap di siku-dalam, tetapi bisa juga di kaki.

Kalau anak kita dirawat di RS, ada lagi prosedur pengambilan darah yang memang secara teknis lebih sulit, yaitu untuk pemeriksaan Blood-Gas Analysis (BGA : analisa gas darah). Yang diperlukan adalah "darah arteri" bukan darah vena. Biasanya diambil dari arteri femoralis (di bagian pangkal paha). Warna darahnya(lebih cerah) beda dengan darah vena (lebih gelap). Setelah diambil sesegera mungkin dihindari dari kontak dengan udara dan diperiksa secepat-cepatnya.

Memang, sekolah phlebotomis "hanya" bisa mengajarkan ilmu, teori, latihan pada manequin dan sedikit latihan pada pasien. Keterampilan hanya bisa diperoleh dari pengalaman. Ada kemungkinan pengambilan sampel darah pada Anda atau anak Anda tidak bisa sekali berhasil. Namun, dari pengalaman seperti itulah phlebotomis akan makin terampil.

B. Komplikasi Flebotomi

Komplikasi berkenaan dengan tindakan Flebotomi :

1. Syncope (pingsan)

Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah.

Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang “ percaya diri “ Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dialaminya.

Penampilan dan perilaku seorang Flebotomis juga bisa mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-was ketika proses pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan perilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa sehingga tampak berkompetensi dan profesional

Cara mengatasi :

a. Hentikan pengambilan darah

b. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu sisi

c. Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )

d. Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang

e. Minta pasien menarik nafas panjang

f. Hubungi dokter

g. Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang

Cara Pencegahan :

a. Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan

b. Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan darah

c. Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan

2. Rasa Nyeri

Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.

Cara pencegahan :

a. Setelah desinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mengering sebelum pengambilan darah dilakukan.

b. Penarikan jarum tidak terlalu kuat

c. Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya ( memberi contoh )

3. Hematoma

Hematoma adalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan ( dalam Hal Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :

a. Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena

b. Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena

c. Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan

d. Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet ( tourniket) belum dikendurkan

e. Tempat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.

Cara mengatasi :

Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :

a. Lepaskan turniket dan jarum

b. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa

c. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit)

d. Kalau perlu kompres untuk mengurangi rasa nyeri

4. Pendarahan

Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah arteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.

Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti ) terjadi karena terganggunya system koagulasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :

a. Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehingga menghambat pembekuan darah.

b. Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia, defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia )

c. Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu )

Cara mengatasi :

a. Tekan tempat pendarahan

b. Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya

Cara pencegahan :

a. Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat dengan pasien

b. Setelah pengambilan darah, penekanan tempat penusukan jarum perlu ditekan lebih lama

5. Alergi

Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotomi, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, torniket atau plester.

Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, kadang-kadang bahkan bisa (shock).

Cara mengatasi :

a. Tenangkan pasien, beri penjelasan

b. Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya

Cara pencegahan :

a. Wawancara apa ada riwayat alergi

b. Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex

6. Trombosis

Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan kerusakan dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok penggunaan obat ( narcotics ) yang memakai pembuluh darah vena.

Cara pencegahan :

a. Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama

b. Pembinaan pengidap narkotika

7. Radang Tulang

Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lancet yang berukuran panjang

Cara mengatasi:

· Mengatasi peradangan tulang

Cara Pencegahan:

· Menggunakan lancet yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah dipasarkan lanset dalam berbagai ukuran disesuaikan dengan kelompok usia.

· Setiap kejadian komplikasi Flebotomi harus dilaporkan kepada dokter dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan mencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian, dan tindakan yang diberikan.

8. Anemia

Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit, pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodul klasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan yang 4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan.

9. Komplikasi neurologis

Komplikasi neurologis dapat bersifat lokal karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula terjadi.

Penanganan :

· Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi dari perlukaan.

· Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.

· Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi dokter

· Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil membatasi pergerakan pasien.

C. Faktor yang Diperhatikan:

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :

a. Pemasangan turniket (tali pembendung)

· Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).

· Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.

b. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

c. Penusukan

· Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.

· Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.

d. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.


BAB III
PENUTUP

      Dalam makalah ini kami membahas venipuncture III yang mencakup penyulit-penyulit, komplikasi dan pencegahan, dan faktor yang diperhatikan dalam melakukan pengambilan darah vena atau venipuncture. Dari penyulit-penyulit venipuncture dapat kami simpulkan menjadi tiga faktor yaitu faktor pasien, faktor fisiologik, dan faktor teknik. Dari segi faktor pasien, pasien yang tidak kooperatif (takut atau menolak) akan menganggu dalam pengambilan darah ini karena bila pasien sudah merasa takut venanya aka mengalami vasokonstriksi (mengkerut) sehingga akan sulit untuk diambil dan bahkan bisa dilakukan pengambilan berulang. Dari segi fisiologik, salah satunya adalah syncope (pingsan) ini bisa disebabkan karena pasien merasa ketakutan atau mungkin pasien sedang puasa terlalu lama yang dirasakan denyut nadi cepat, keringat dingin, tekanan darah menurun sehingga kesadarannya menurun. Lalu faktor teknik, inilah faktor yang datangnya dari seorang fl\ebotomis itu sendiri misalnya Cara pengambilan salah, arah tusukan tidak tepat, sudut tusukan terlalu kecil / besar, keliru menentukan vena yang dipilih, tusukan terlalu dalam / kurang dalam, pembuluh darahnya bergeser.

      Kemudian berbagai macam komplikasi dan pencegahannya yaitu syncope (pingsan), rasa nyeri, hematoma, pendarahan, alergi, anemia, trombosis, radang tulang, kerusakan neurologis (saraf), dan lain-lain. Contoh salah satunya adalah hematoma yaitu terkumpulnya massa darah dalam jaringan di bawah kulit sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Biasanya disebabkan karena dalam penusukan jarum terlalu menukik sehingga menembus dinding vena ataupun terlalu dangkal sehingga sebagian lubang jarum masih di luar dinding vena. Selain itu disebabkan daerah penusukan dekat dengan pemasangan tourniket atau pada saat akan menarik jarum tourniket masih terpasang dan masih banyak lagi penyebab lainnya.

      Selain penyulit dan komplikasi kami juga merangkum tentang faktor yang diperhatikan dalam venipuncture yaitu dari pembendungan yang terlalu lama dapat mengakibatkan hemokonsentrasi dan peningkatan substrat. Dari segi penusukan, bila tidak tepat mengenai vena atau sampai menembus vena akan mengakibatkan kebocoran vena atau yang disebut hematoma. Lalu pada saat penusukan bila kulit masih basah oleh alkohol dan langsung dilakukan pengambilan akan menyebabkan rasa terbakar atau rasa nyeri yang berlebihan bahkan sampel akan mengalami hemolisis karena terkontaminasi oleh alkohol.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ø Dian Rakyat. Penuntun Laboratorium Rakyat. Bandung. 1992. Hal: 7-112. Patelki kaltim : Kompetensi Profesional Flebotomi.

Ø http://patelkikaltim.blogspot.com/2010/06/kompetensi-profesional-flebotomi/07-10-2012/11.00

Ø Arief, Mansyur. Teknik Flebotomi dan Antikoagulan. [serial on internet][cited 20 Maret 2010].

Ø http://www.scribd.com/doc/49519130/Dr-Mansyur-Teknik-Flebotomi-14/07-10-2012/20.00

Ø Pengertian Flebotomi . [serial on internet] 18 Juni 2009 [cited 21 Maret2010].

Ø http://teklabkes.blogspot.com/2009/07/pengertian-flebotomi-html/07-10-2012/15.35

Ø http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/phlebotomy.html/06/10/2012/19.23

Ø http://analislaboratoriumkesehatan.blogspot.com/search/label/Phlebotomy/06/10/2012/20.22

Tidak ada komentar:

Recent Comments

Marie - The Aristocats 4